Halaman

Senin, 03 Maret 2014

KAB.TUBAN-Harta Karun Majapahit, Tak Terhitung Nilainya

Harta karun kerajaan Majapahit yang ditemukan penduduk sekitar Trowulan Mojokerto dan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi nasional, tidak ternilai harganya.
Ini menyusul ditemukan batas-batas kota Majapahit yang luasnya 99 kilometer persegi (9×11 km atau 99.000 hektar) yang terdiri dari 3 kecamatan di Trowulan Mojokerto dan sebagian berada di 3 kecamatan kabupaten Jombang.
Hal ini diungkapkan Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jatim, Drs Aris Soviyani SH, M.Hum, ketika mengadakan peninjauan situs-situs Majapahit di kabupaten Tuban. Peta Trowulan tadi menurut arkeolog ini ditemukan di museum Royal British tahun 2008 yang lalu dan kini dikembangkan untuk penelitian.
“Kami juga sedang membuat draft ‘Pelestarian Cagar Budaya Majapahit dan Pengembangan Taman Majapahit’. Nantinya proyek ini ditangani bersama Gubernur Jatim, Bupati Mojokerto dan Jombang,” ujar Aris.
Majapahit adalah kerajaan besar dan sangat berpengaruh di nusantara
(Indonesia) dan didirikan oleh Raden Wijaya (bergelar Kertarajasa Jaya Wardhana) pada tanggal 10 Oktober 1293.
“Kalau Indonesia merayakan sumpah Pemuda 10 Oktober 2010 lalu, kami di Mojokerto memperingati berdirinya kerajaan Majapahit yang ke 717,” kata Aris yang bekerja di BP3 Jatim selama 26 tahun terakhir.
Harta karun yang ditemukan di seputar Trowulan berupa uang keeping emas, peralatan rumah tangga kerajaan, patung-patung dan candi-candi sungguh luar biasa dan tidak terhingga nilainya.
“Kalau kita ke Meseum Gajah di Jakarta, di Muteran Treasure Majapahit di lantai 4, bisa disaksikan betapa harta karun berupa emas berbentuk uang koin dan mahkota kerajaan yang juga terbuat dari emas dan mutu manikam,” ungkap Aris yang baru-baru ini juga menemukan harta karun emas yang disimpan di tempat aman dan tidak dipamerkan.
Menurut rencana, BP3 Jatim akan mengusulkan membuat replika-replika
mahkota raja yang sesuai bentuk aslinya dan disepuh dengan emas murni sehingga menyerupai bentuk aslinya. Demikian uang logam mulia serta benda-benda bersejarah seperti perhiasan raja dan permaisurinya yang terbuat dari permata dan emas berlian, diusulkan dibuat replikanya yang bisa dipamerkan di Museum Trowulan.
Mengapa kerajaan Majapahit seperti musnah ditelan bumi, Aris menunjuk sejarah meletusnya Gunung Welirang dan gunung Arjuno pada tahun 1490 (abad 15). Kerajaan Majapahit seluas hampir 100 kilometer persegi ini tenggelam oleh lahar dan hujan debu gunung Merapi dan Arjuno.
“Pendopo, pondasi istana raja, keputren, kolam istana dan lainnya terpendam sekitar 4 meter dari permukaan tanah dan baru ditemukan oleh penduduk petani atau penggali sumur dan lainnya,” kata Aris. Penemuan-penemuan tadi kemudian dilanjutkan oleh tim arkeologi nasional dibantu oleh BP3 Jatim.
Pusat kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Raden Wijaya (bergelar Kertarajasa Jayawardana) pada tahun 1293 masehi itu kemudian dilanjutkan Jayanegara (1309-1328), Raja Tribuana Wijaya Tunggadewi (1328-1359) dan Raja Rajasanagara (1350 -1389) dikenal dengan Raja Hayam Wuruk dengan patihnya yang terkenal Gajahmada yang berhasil mempersatukan nusantara.
“Dan perlu diingat bahwa kota Tuban adalah kota strategis Majapahit karena dari pelabuhan Tuban inilah Majapahit mempersatukan Indonesia dengan kapal layarnya yang luar biasa kuatnya,” lanjut Aris yang melihat saat ini Tuban berkembang jadi pelabuhan industri.
Tuban juga punya sejarah masuknya tentara Tartar Cina ketika menyerang kerajaan-kerajaan di Jawa Timur. Dan dari Tuban, batu-batu padas (dari Gua Suci Palang) diambil untuk membangun istana.
Tuban juga penting sekali bagi perdagangan Majapahit dengan negara-negara tetangga seperti China, India dan Arab Saudi. Tuban bahkan dalam catatan sejarah, oleh orang China disebut dengan Tse’Sun.
Menurut Aris, keliru pendapat yang menyatakan bahwa Majapahit adalah kerajaan besar namun sederhana keratonnya. Memang, Trowulan yang merupakan ibukota Majapahit sebelum ditemukan peta dan ditemukan situs-situs serta harta karunnya, kesan kerajaan Majapahit tidak ada apa-apanya. Namun kini setelah diteliti kerajaan Majapahit memang maha karya yang besar.
Keraton Majapahit bentuknya saat ini miniaturnya bisa dilihat di keraton raja-raja Bali seperti keraton di Puri Agung Klungkung, Singaraja, Karangasem, Denpasar dan Tabanan.
“Para bangsawan Majapahit yang beragama Hindu dalam sejarah ketika
dikalahkan oleh kerajaan lain, larinya ke Bali. Sementara rakyat awam (sudra) lari ke Gunung Bromo Jatim yang masih menganut agama Hindu sampai sekarang,” lanjut Aris yang juga lulusan Arkeologi Universitas Gajahmada Jogya ini.
Menurut Aris, ketika ia mengadakan sarasehan tentang sejarah Majapahit di Trowulan, dia mendatangkan para bangsawan dari keraton Singaraja yang kabarnya adalah cicit/canggah Gajahmada. Ketika itu ia sempat terperangah. “Para Ksatria yang datang, Masya Allah, mereka tinggi-tinggi besar, gagah perkasa. Dan wajahnya mirip Gajahmada,” cerita Aris yang ketika itu ia langsung terbayang patung dan keperkasaan Patih Gajahmada.
Majapahit sebagai kerajaan besar ketika itu juga punya hubungan dagang yang erat dengan China. Bahkan tercatat ada duta besar China ditempatkan di Trowulan bernama Buan Eng Chui. Kehidupan beragama di Majapahit nampaknya juga sangat harmonis. Hindu, Budha dan Islam bisa hidup berdampingan.
Peninggalannya yang ditemukan adalah makam tokoh Islam (pedagang dan pendakwah Islam). Di selatan keraton Trowulan, ditemukan makam Troloyo Jumadil Kubro. Makam ini adalah kuburan penyebar agama Islam.
Diperkirakan dari Trowulan Mojokerto inilah Islam dikembangkan dan konon tokoh-tokoh yang dimakamkan di sini adalah nenek moyangnya para Wali di Jawa.
“Kini makam itu setiap malam Jumat legi, peziarahnya luar biasa jumlahnya,” tambah Aris

Tidak ada komentar:

Posting Komentar